Produksi
Dari Biji Kakao Hingga Menjadi Monggo
1. Pohon dan Biji Kakao
Biji
kakao berasal dari pohon kakao. Pohon kakao biasanya hidup pada iklim
tropis, berudara panas dan hujan. Oleh karena itu, pertanian kakao
sebaiknya berada di daerah yang tidak lebih dari 20 derajat di utara
atau selatan katulistiwa. Awalnya pohon tersebut hanya tumbuh di daerah
Amerika Tengah dan Selatan selanjutnya menyebar ke daerah Afrika dan
Asia. Pada tahun 1778 orang - orang Belanda membawa biji kakao dari
Filipina ke Jakarta. Mereka membangun sebuah fasilitas perkebunan yang
pada masa mendatang akan menjadi pusat produksi yang besar.
Walaupun buah kakao dapat di petik sepanjang tahun tetapi biasanya panen buah kakao terbesar berada di musim tertentu. Terdapat tiga jenis pohon kakao yaitu, Criollo, Forastero dan Trinitario. Mengambil buah kakao yang akan dipanen bukanlah hal yang mudah. Pohon kakao tidak begitu kuat dan akarnya lunak sehingga tidak mudah untuk memanjat dan memanen buah kakao tersebut. Buah – buah kakao tersebut dipetik dan dimasukkan ke dalam keranjang dan dikumpulkan di pinggir ladang lalu buah kakao tersebut dikupas. Antara 20 sampai 50 biji kakao berwarna krem dapat dihasilkan dari satu buah kakao. Karena adanya tekanan udara yang berbeda maka biji kakao berwarna krem dapat berubah warna menjadi lavender atau ungu.
Walaupun buah kakao dapat di petik sepanjang tahun tetapi biasanya panen buah kakao terbesar berada di musim tertentu. Terdapat tiga jenis pohon kakao yaitu, Criollo, Forastero dan Trinitario. Mengambil buah kakao yang akan dipanen bukanlah hal yang mudah. Pohon kakao tidak begitu kuat dan akarnya lunak sehingga tidak mudah untuk memanjat dan memanen buah kakao tersebut. Buah – buah kakao tersebut dipetik dan dimasukkan ke dalam keranjang dan dikumpulkan di pinggir ladang lalu buah kakao tersebut dikupas. Antara 20 sampai 50 biji kakao berwarna krem dapat dihasilkan dari satu buah kakao. Karena adanya tekanan udara yang berbeda maka biji kakao berwarna krem dapat berubah warna menjadi lavender atau ungu.
2. Fermentasi dan Pengeringan
Biji kakao basah diletakkan di dalam keranjang dan ditutup daun pisang.
Di
sekeliling biji kakao terdapat lapisan yang mulai memanas dan
menfermentasi. Proses ini dilakukan untuk menghilangkan rasa pahit dan
memperkuat rasa cokelat itu sendiri. Hasilnya adalah biji kakao tersebut
menjadi padat dan berwarna cokelat serta siap untuk dikeringkan,
biasanya dijemur di luar. Dengan cuaca yang sesuai, biasanya pengeringan
biji kakao dapat dilakukan dalam beberapa hari.
Selama
proses pengeringan, biji kakao akan kehilangan kelembabannya yang
berukuran lebih dari setengah berat biji basah. Petani tersebut terus
membalik – balik biji kakao tersebut serta memisahkan serpihan –
serpihan biji kakao. Biji kakao dari satu buah kakao standar yang sudah
dikeringkan apabila ditimbang beratnya tidak lebih dari 55 g, dan
biasanya dibutuhkan 400 buah kakao untuk membuat 450g cokelat. Biji
kakao kering yang sudah siap untuk dikirimkan dalam karung mempunyai
berat 60 sampai 90 kg..
3. Pemanggangan dan Pengilinggan
4. Cokelat Yang Dapat di Makan
Dengan adanya mentega kakao tersebut, cokelat akan lebih bercita rasa dan akan lebih lunak. Campuran kakao massa, mentega kakao, gula dan perasa ini kemudian akan memasuki proses “conching”, proses ini menciptakan pasta cokelat yang halus. Proses ini berlangsung selama yang diinginkan, biasanya selama beberapa jam sampai dengan 5 hari. Setelah proses penghalusan, campuran cokelat tersebut melalui proses pengaturan suhu dengan proses dipanaskan, di dinginkan, dan dipanaskan kembali (tempering process).
Lapisan tipis luar dari biji kakao dipisahkan dengan menggunakan mesin. Selanjutnya daging biji kakao digiling sampai dengan mentega kakao mulai mencair akhirnya akan berbentuk cairan kental yang di beri nama cokelat liquor dan akan dimasukkan ke dalam cetakan dan didiamkan sampai padat . Cokelat liquor tersebut akan terasa pahit.
0 komentar:
Posting Komentar